Senada dengan The Breakfast Club, Young Savages juga berturut-turut menyemarakkan We Are The Pigs pertama dan kedua. Tak lupa mereka memamerkan lagu-lagu di EP live acoustic set terbaru mereka yang baru saja dirilis oleh netlabel Kanaltigapuluh. Tampak oke-oke saja hingga sampai pada lagu terakhir mereka membawakan “Beautiful One” milik Suede. Penonton yang kegirangan mulai naik ke panggung.
Tidak hanya merebut mic, kali ini mereka juga mencoba larut (baca: mengganggu) Bintang, gitaris Young Savages, yang sedang asyik memainkan melodi-melodi lagu “Beautiful One”. Hasilnya? Gitar Bintang dan Rian saat itu langsung mati seketika. Namun, kedua orang ini nampaknya tidak sadar bahwa gitar mereka tidak berbunyi. Hahaha. Pengalaman ini dapat dijadikan perhatian bagi mereka dalam panggung-panggung Young Savages selanjutnya.
Gig ini memiki pendekatan yang berbeda jika disandingkan dengan lagu milik Suede dengan judul yang sama, We Are The Pigs. Apa yang coba ditampilkan di acara ini adalah kejengahan generasi muda terhadap pengalaman-pengalaman yang telah dan sedang dirasakan dan bagaimana untuk menyikapinya. Babi. Dan British dirasa menjadi referensi yang pas sebagai media pengejawantahannya.
Salah seorang kawan yang tampaknya sudah cukup mabuk berkeliling menghampiri beberapa raut muka yang ia kenali. Penasaran apa kiranya pertanyaan yang ia ajukan. Hingga saatnya tiba ia berada di depan muka saya. ‘Koen arek e wes cukup british a?’ Senyum saja yang akhirnya bisa tersimpul keluar. Dalam hati, ‘persetan! Telah cukup bersenang-senang dengan dihibur oleh musik kawan-kawan malam itu. Buat apalagi pertanyaan identitas semacam itu’. Oh, ternyata baik penanya maupun penjawab sudah sama-sama mabuknya.
Akhirnya Peonies naik panggung menandakan pertemuan malam itu akan segera berakhir. Hal terakhir yang teringat adalah “Boys Dont Cry” mengalun dengan nikmat. Sepanjang perjalanan kembali ke peraduan lagu itu terus beputar di kepala.
‘I try to laugh about it Cover it all up with lies I try and laugh about it Hiding the tears in my eyes’
Sampailah di ranjang. Ternyata tidak kuasa untuk menuruti seruan Robert Smith itu. Tetap menangis juga. Karena boys dont cry, but a man should. Selamat We Are The Pigs 2. Semoga terus ada babi-babi selanjutnya.