“we are the pigs, we are the swine, we are the stars of the firing line ...” Suede – We Are The Pigs
We Are The Pigs Volume #2 telah sukses digelar. Sedikit saja berkelakar. Selalu ketika ada impresi mempersonifikasikan hewan, khususnya babi, ingatan akan segera menyasar kepada kisah dua babi kenamaan yaitu Snowbell dan Napoleon. Hingga saat ini belum terpuaskan juga seputar bagaimana kabar Snowbell yang malang itu?
Datang ke acara We Are The Pigs tidak serta merta membabikan diri saya sendiri. Setidaknya itu yang diajarkan oleh dongeng yang tempo waktu saya nikmati tersebut. Kalaupun pada kenyataannya tetap menjadi babi-babi juga, ya, tolong diingatkan.
Sabtu (11/5) We Are The Pigs 2 yang kali ini menggandeng Malang Sub Pop sebagai penyelenggara secara apik menampilkan band dari empat kota berbeda. Tetap setia mengusung tema musik Britania Raya, kota Malang sebagai tuan rumah menurunkan roster-roster terbaik seperti Much, Young Savages, dan The Breakfast Club. Masing-masing memerankan peran sebagai The Smiths, Suede, dan The Stone Roses.
Kemudian ada Peonies (Jakarta) sebagai The Cure, Combo (Surabaya) sebagai Blur, Lightcraft (Bandung) sebagai Coldplay, dan terakhir Ikkubaru (Bandung) sebagai Ride. Hujan yang malam itu berlangsung awet membuat kehadiran saya di Komika Cafe, tempat acara diadakan, cukup terlambat. Hasilnya adalah sebuah permohonan maaf kepada Combo karena tidak sempat menyaksikan penampilan mereka. Konon kabarnya mereka menyanyikan jingle favorit milik Albarn dan kawan-kawan, “Coffee and Tv”. Ah, sayang sekali.
Begitu mulai memasuki area panggung terdengar jelas “There’s a Light That Never Goes Out” sedang menggema. Sempat dibuat heran betul dan tidak yakin bahwa itu adalah Much yang sedang membawakannya. Rupanya mic sang vokalis, Anggi, sedang diakuisisi oleh salah seorang penonton laki-laki berpawakan tinggi sangar dengan suara yang sangat hardcore. Oh, jamaah penonton juga turut lantang ber-sing along menghasilkan impresi pertama yang mengesankan untuk sebuah acara tribut.
Selanjutnya Andrica sebagai pembawa acara menyerahkan penuh panggung kepada Ikkubaru. Band asal Bandung ini sedang dalam rangkaian tur Jawa Timur bersama Peonies dan Lightcraft. Ini adalah momen kali pertama berkenalan dengan Ikkubaru. Aroma-aroma new wave dan funk terasa kental dari musik yang mereka mainkan. Sembrono saja sekelebat saya langsung teringat dengan era awal The Upstairs namun dengan nuansa yang lebih temaram.
The Stone Roses yang coba direpresentasikan oleh The Breakfast Club menjadi penampil selanjutnya. Mungkin karena band ini mengusung genre brit-pop, mereka ikut ambil bagian dalam dua rangkaian acara We Are The Pigs volume satu dan dua. Mucho dan kawan-kawannya malam itu menjadi salah satu nuansa Inggris yang paling mendekati kenyataan. Materi-materi lagu milik The Breakfast Club kental dengan aroma musik-musik folk Inggris.
Keluar sebentar untuk mencari udara segar dan menetralkan aroma alkohol. Tak lama setelah itu, Yellow milik Coldplay mengudara; memaksa diri untuk kembali ke area panggung. Sudah ada Lighcraft di sana. Roster milik Nanaba Records ini tahu betul caranya tetap membuat penonton tetap hangat nan dekat. Dilanjutkan dengan lagu-lagu mereka yang kabarnya akan segera tergabung di dalam EP terbaru Lightcraft. Dilanjutkan lagi dengan saya yang entah bagaimana malah tercebur dalam bejana asyik sendiri melihat-lihat koleksi efek butik yang mereka gunakan saat itu.